BAB I
PENDAHULUAN
A. Tanpa
mempungkiri manusia pada umumnya yang sedang melakukan proses belajar akan menemukan
kelainan pada perkembangan dirinya, dalam waktu yang sama ia akan merasakan betapa
keterbatasan dan ketidak mampuan karena haus untuk mengetahui begitu banyak ilmu.
Allah menciptakan manusia secara sempurna dan sekaligus beberapa kekurangan
pada dirinya seperti keterbatasan berkehendak, fisik karena cacat, akal karena
gila dan kekurangan mental.
firman Allah QS Al-‘Alaq ayat/ 4.
الذي علم بالقلم
Terjemahannya
Dia
Allah memberikan ilmu melalui proses
belajar mengajar (pembelajaran).
Bukan hak atau kehendak guru untuk
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya akan tetapi hanya sebagai
sebab saja harus diakui bahwa tugas seorang guru adalah mengamalkan ilmunya
kepada siapa saja utamanya peserta didik dengan menggunakan alat bantu (media)
dan melakukan berbagai metode yang relevan untuk materi pokok yang diajarkan
baik halnya untuk peserta didik yang memiliki kekurangan yang tertentu, hubungan
yang dilakukan pendidik dengan peserta didik haruslah mencerminkan hubungan
yang sangat manusiawi sehingga terjadi rasa dan semangat yang sama dalam
mencapai akhlakul karimah melihat pendidikan pada saat ini sangat
memprihatinkan karena kurangnya akhlak peserta didik pada guru sehingga ada
yang mengadu orang tuanya dan gurunya dan berbagai masalah lainnya yang tidak
mencerminkan sifat-sifat yang terpuji bagi pendidik dan peserta didik.
Sebuah kebutuhan yang mendesak
merumuskan metode pembelajaran khusus bagi peserta didik yang berkebutuhan
khusus, teori pembelajaran yang berbasis pembelajaran aktif, innovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan bisa dimodifikasi sesuai dengan kondisi
peserta didik.
Dan harus dilakukan dengan terstruktur,
terencana dan bertujuan, maka perlu memberikan suatu indikasi secara jelas dan
terukur dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan metode mengajar yang
tepat, menggunakan media (alat peraga) yang dibutuhkan dan terukur.
terstruktur dalam artian saling kait
mengaitkan dan punya peran serta tanggung jawab pembelajaran yang saling
terkait satu dengan yang lain diperlukan metode khusus agar pembelejaran bisa
dinikmati oleh pesarta didik terutama pelajaran berhubungan dengan karakter, desain
pembelajaran yang tepat akan memudahkan peserta didik memahami bahan ajar
meskipun dengan keterbatasan fisik, akal ataupun mental.
Undang-undang
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa:
“pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial”.
Ketetapan
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan
sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu
memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal
lainnya.
Mendidik
anak yang berkelainan fisik, mental, maupun, karakteristik perilaku sosialnya,
tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan suatu
pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi dan metode yang khusus.
Anak
berkebutuhan khusus (ABK) singkatan untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)”
yang tandanya kelainan khusus, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah
sebagai berikut.
Tuna
Netra, Tuna Rungu, Tuna Grahita, Kesulitan Belajar, Lambat Belajar ( IQ = 70
–90 ), Autis, Korban Penyalahgunaan Narkoba, Indigo, Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar adalah
kesiapan mental, Tanpa kesiapan mental, maka tidak akan dapat bertahan terhadap
berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi selama belajar Peserta didik
dengan kebutuhan khusus mesti dimotivasi minat belajarnya, Sehingga tujuan
utama peserta didik, dari tidak tahu menjadi tahu.
perubahan
yang timbul karena adanya pengalaman dan latihan, jadi belajar bukanlah suatu
hasil, akan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka
memenuhi kebutuhan menuntut ilmu.
Oleh
karena itu, penting bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam menyusun
pembelajaran yang akan dihadapinya dan cara memanfaatkannya denga efektif,
efesien dan kodusif.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Peran peserta didik?
2. Apa yang terjadi pada Pemahaman
peserta didik?
3. Seperti apa Karakteristik peserta
didik?
4. Cara mengefektifkan pembelajaran?
BAB
II
PERAN
PEMAHAMAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
A. Peranan
peserta didik
Pada kehidupan
pendidikan peserta didik sebagai bayi yang tidak mempunyai kemampuan untuk hidup
tanpa ada sandaran orang tua atau pendidik.
posisi
peserta didik adalah belajar bukan untuk mengatur pelajaran Peserta didik utuk
penuh perhatian dalam rangka menambah pengetahuannya, karena itu peserta didik
sendirilah yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya Setelah diarahkan
dan diberikan pengajaran oleh pendidik.
Setiap
individu manusia atas pendidikan ibarat anak yang sedang menaiki tangga melainkan berlangsung secara bertahap,
yang mana setiap tahun memiliki perkembangan sifatnya sendiri, menghadapi
masalah atau problem tertentu yang berbeda dari tahun-ketahun sebelumnya,
setiap tahun menganlami perkembangan tertentu yang mana anak bisa menuntaskannya
sendiri dengan caranya, yang mana jika tugas-tugas perkembangan pada tahapannya
tidak diselesaikan dengan baik maka akan berakibat negatif terhadap
perkembangan selanjutnya maka individu memerlukan pendidikan untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai tahap perkembangannya, dan karena
itu individu akan dapat pelajaran.
Pendidikan
merupakan upaya membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan
masalah-masalah perkembangan sesuai dengan tahap tahun selanjutnya perkembangan
peserta didik mengandung tanggung jawab perkembangan yang harus diselesaikannya,
dan mewujudkan kemampuan, mental dan kesiapan belajarnya.
Karena
itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan peranannya sangat mempengaruhi pemahamannya
tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan IQ, SQ, EQ dalam praktik
pendidikan.
Karena
keberhasilan peserta didik menyelesaika masalahnya perkembangan pada tiap
tahunya akan mempengaruhi keberhasilan penyelesaian dan kecakapannya khususnya
individu peserta didik itu sendiri.[1]
Peran
peserta didik ketika sedang belajar mengajar Richards & Rodgers (2001)
mengemukakan bahwa ciri-ciri peserta didik yang sesuai dengan konsep pendekatan
komunikatif, Selalu berkeinginan untuk memahamkan kata-katanya sendiri
secara tepat, berkeinginan menggunakan bahasa yang tinggi selalu komunikatif,
gengsi tidak merasa malu jika berbuat kesalahan dalam berkomunikasi, Selalu
menyesuaikan keadaan dan situasi dalam berkomunikasi, latihan berbahasa lebih
tinggi, dan Selalu memantau setiap ucapan sendiri dan ucapan lawan
berkomunikasi untuk mengetahui dengan mendesain bahasa yang diucapkan tersebut
dapat diterima dan dimengerti dan tentunya harus selalu disiplin dan
bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya.
Peranan
Seorang Peserta didik di sekolah itu sangan penting dan lebih awal dimengerti
oleh peserta didik itu sendiri agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
misalnya suka bolos sekolah, parahnya lagi sebelum masuk sekolah sudah ada niat
untuk tidak mau belajar, orang tuanya setiap hari berdoa agar dia bisa pintar
dan jadi orang sukses peranan seorang peserta didik di sekolah yang wajib diketahui siswa atau
siswi sekolah bahkan pada saat dimanapun ia berada karena selalu merasa dia
adalah merupakan seorang yang terdidik.
B. Pemahaman
peserta didik
Suatu
pembelajaran dikatakan berhasil jika seorang guru bisa memahami peserta
didiknya degan baik karena dengan memahami peserta didik maka pendidik bisa
mengetahui kemampuan peserta didik sehingga pendidik bisa menyesuaikan dan mengajarinya
dengan baik sesuai dengan metode mengajarnya, semakin guru bisa memahami
peserta didiknya maka semakin berhasil pula peran guru tersebut, karena sedikit
banyaknya guru adalah penentu keberhasilan peserta didik.
Seorang
guru harus megamati sebab-sebab yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
untuk memahaminya, faktor-faktor tersebut Faktor Internal meliputi faktor fisiologis,
yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis sangat menentukan kegiatan
aktivitas pembelajaran keadaan jasmani yang sehat dan kurang sehat sangan
menentukan,[2]
Faktor eksternal meliputi kehidupan dari luar diri anak yang sangat
mempengaruhi belajar peserta didik, antara lain berasal dari orang tua,
lingkungan, teman bergaul, sekolah, dan masyarakat untuk memahami peserta didik
dengan psikomotorik, kognitif dan afektif.
Kehidupan
sosial peserta didik sangat mempengaruhi perkembangannya karena salah satu
sifat anak adalah meniru yang ada disekitarnya tanpa mengenal ras dari manapun kehidupan
sosial adalah salah satu ruang kelas peserta didik peserta didik dapat berproses
belajar pada kesempatan itu oleh karena itu kehidupan sosial sangan menentukan
pemahaman belajar peserta didik baik itu dari dialek, budaya tradisi dan adat
kebiasaan peserta didik dan sukunya guru perlu mengetahui itu agar guru dapat
melakukan metode mengajarnya dengan baik.[3]
Memahami
karakteristik peserta didik, diharapkan guru melakukan, Membedakan kemampuan
sesuai dengan bidang ilmunya, Membantu cara mengatasi kesulitan belajar peserta
didik dari sisi kelemahannya apa yang perlu dikembangkan pada diri peserta
didik.
potensi
peserta didik adalah kapasi dan kafabiliti adalah sumber daya manusian yang
perlu dibantu untuk dikembangkan, karakteristik individu peserta didik yang
perlu diamati yaitu berupa fisik, moral, spiritual, intelektual, sosial,
emosional, kultural, pergaulan, budaya, tradisi, dialek.
C.
KARAKTERISTI PESERTA DIDIDK
Masing-masing
manusia atau peserta didik mempunyai karakrakter tersendiri yang beraneka ragam
macamnya sebagaimana buah yang jatuh tidah jauh dari pohonnya.
Oleh
sebab itu, pendidik perlu memiliki peran sentral sebagai instrumen dalam
pembelajaran secara langsung sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik
atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada peserta didik.
Dengan
demikian, guru dapat menjaga, mengatasi sebelum timbul pengaruh buruk bagi
pembelajaran, mengidentifikasi terhadap keadaan dan kondisi peserta didik baik
untuk masing-masing individu atau secara keseluruhan maka guru diperlukan megambilan
langkah dan pelayanan prima utamanya milihan strategi, model, media, dan
sebagainya.
Guru perlu
memperhatikan kemampuan berpikir peserta didik, latar belakang peserta didik dan
status sosialnya, minat sifat tabiat, dan psikologisnya.[4]
Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter
dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu
yang relatif tetap.
Menurut
Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya
hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga
tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.
Menurut
Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan
sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Menurut
Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya
belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Menurut
kami karakteristik yang timbul dalam diri peserta didik itu terjadi dengan fase
dan proses belajar yang ia telah lalui dan sifat tabiat yang ia miliki.
Fase-
Fase Perkembangan Manusia Permulaan kehidupan (konsepsi) Fase prenatal (dalam
kandungan), Proses kelahiran (± 0-9 bulan), Masa bayi/anak
balita (± 0-1 tahun), Masa kanak-kanak (± 1-5 tahun), Masa
anak-anak (± 5-12 tahun), Masa remaja (± 12-18 tahun), Masa
dewasa awal (± 18-25 tahun), Masa dewasa (± 25-45), Masa
dewasa akhir (± 45- 55), Masa akhir kehidupan (± 55 tagu ke
atas) anak-anak akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan zamanya mulai
dari tinggi dan berat badan, indra, tulangnya semakin mulai keras, intelektualnya
dan karakteristiknya, sosial, psikososial.[5]
D. AFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN
Pengertian
Efektivitas Kata Efektivitas berasal dari bahasa inggris, yaitu effective yang
berarti berhasil, tepat atau
mencapai sasaran sesuai
yan diiinginkan. Menurut
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) definisi
efektivitas adalah sesuatu
yang memiliki pengaruh
atau akibat yang ditimbulkan, manjur,
membawa hasil dan
merupakan keberhasilan dari
suatu usaha atau berusaha untuk
dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan, sesuai pula dengan rencana.
Sedangkan
menurut Purwadarminta (1994:32) “di dalam pengajaran efektivitas berkenaan
dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan
pertama dalam perencanaan pengajaran”.
Menurut
Surya (Agsha: 2015) bahwa keefektifan program pembelajaran di tandai dengan
ciri-ciri berhasil menghantarkan siswa mencapai
tujuan-tujuan instruksional yang telah di tetapkan, Memberikan
pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan
siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan
instruksional, Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Ciri
efektifitas menurut kami guru mampu membuat sukses membawa peserta didik mencapai
tujuan yang sebenarnya, melibatkan peserta didik dalam pelajaran secara aktif,
menyiapkan bahan ajaran atau materi yang dibutuhkan demi kelancaran proses
belajar mengajar seperti buku paket dan lain sebagainya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, antara lain, kondisi peserta didik
itu sendiri, lingkungan suasana pembelajaran, kurikulum, bahan pengajaran, sarana
dan fasilitas, guru (tenaga pengajar), kondisi psikologis peserta didik, minat,
kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, media dan sumber belajar, perlunya
bimbingan, kondisi dan strategi belajar, keamanan atau ketentraman, kebersamaan
akan cinta, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, estetika, strategi belajar,
adanya kontrol, optimistis pembuatan jadwal, membaca dan membuat catatan, konsentrasi,
mengerjakan tugas, mengetahui tujuan, media atau alat, sumber belajar, evaluasi,
menciptakan tatatertib belajar dikelas, suasana senang dalam belajar, mempusatkan
perhatian pada bahan ajar, mengikut-sertakan siswa belajar aktif, buatlah
motivasi di kelas agar siswa dapat berinteraksi atau berpartisipasi dalam
kegiatan , membuat kesempatan untuk berkomunikasi dengan peserta didik. [6]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Peserta didik harus mengetahui perannya dalam belajar
tanggung jawab gurulah dan orang tua yang terlebih dahulu untuk memberitahu
peranya dalam belajar sehingga peserta didik memiliki kotrol dalam belajar akan
posisinya seperti disiplin, teratur, sehat jasmani, psikologisnya, semangat, sopan,
dan lain sebagainya.
Pemanaham peserta didik agar mudah dalam belajar guru harus
memberi apa maunya, apa kebutuhannya dalam artian memberi materi ajar pelajaran
sesuai dengan psikologisnya dari sisi
lingkungannya, dialeknya, dan terukur dalam pembelajar hal ini agar peserta
didik mudah memahami dan mengerti meneri transfer ilmu pelajaran.
Karakteristik yang timbul dalam diri peserta didik itu
terjadi dengan fase dan proses belajar yang ia telah lalui dan sifat tabiat
yang ia miliki, maka guru dan orang tualah yang sangat berperan penting dalam
pembentukan karakternya.
Efektifitas terjadi pada peserta didik guru mampu membuat
sukses membawa peserta didik mencapai tujuan yang sebenarnya, melibatkan
peserta didik dalam pelajaran secara aktif, menyiapkan bahan ajaran atau materi
yang dibutuhkan demi kelancaran proses belajar mengajar seperti buku paket dan
lain sebagainya sehingga peran peserta didik akan terasa bertanggung jawab
dengan dididrinya lalu ia mudah memahami materi pelajan dan terbentuklah
karakter yang cakap sehingga efektivitas pelajaran berjalan dengan baik bagaikan
air yang jatuh dari langit tak satupun yang bisa menghentikannya.
B.
SARAN
Selalu terbuka bagi siapa saja yang sifatnya membangun karena
kami masi faqir ilmu mudahan bermanfaat amin amin amin.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin. Pengantar
pendidikan. Jakarta: universitas terbuka, 2002.
M. Ramli hakekat pendidikan dan peserta didik , 2015.
Elfirahmi thamrin peran guru dalam membentuk karakter siswa
untuk menghadapi abad 21, 2017.
Imam mustaqim fase-fase perkembangan peserta didik , 2013.
Ririnsyafitri lubis Dkk, 2017
[1].
Wahyudin. 2002. Pengantar pendidikan. Jakarta:universitas terbuka.
[2]M. Ramli hakekat pendidikan dan
peserta didik hal.68 t. 2015
[3]Pispian rahman, s.sn guru sma
negeri pintar lihat juga menurut Imam Mustaqim dalam jurnalnya pengertian karakteristik peserta
didik.
[4]elfirahmi thamrin peran guru
dalam membentuk karakter siswa untuk menghadapi abad 21 hal. 86. T 2017.
[5]Imam mustaqim fase-fase
perkembangan peserta didik. t. 2013.
[6]
Ririnsyafitri lubis1, rina filia sari2, hendra cipta3 t. 2017