Jumat, 04 Oktober 2019



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Tanpa mempungkiri manusia pada umumnya yang sedang melakukan proses belajar akan menemukan kelainan pada perkembangan dirinya, dalam waktu  yang sama ia akan merasakan betapa keterbatasan dan ketidak mampuan karena haus untuk mengetahui begitu banyak ilmu. Allah menciptakan manusia secara sempurna dan sekaligus beberapa kekurangan pada dirinya seperti keterbatasan berkehendak, fisik karena cacat, akal karena gila dan kekurangan mental.

firman Allah QS Al-‘Alaq ayat/ 4.
الذي علم بالقلم
Terjemahannya
Dia Allah memberikan ilmu  melalui proses belajar mengajar (pembelajaran).

Bukan hak atau kehendak guru untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya akan tetapi hanya sebagai sebab saja harus diakui bahwa tugas seorang guru adalah mengamalkan ilmunya kepada siapa saja utamanya peserta didik dengan menggunakan alat bantu (media) dan melakukan berbagai metode yang relevan untuk materi pokok yang diajarkan baik halnya untuk peserta didik yang memiliki kekurangan yang tertentu, hubungan yang dilakukan pendidik dengan peserta didik haruslah mencerminkan hubungan yang sangat manusiawi sehingga terjadi rasa dan semangat yang sama dalam mencapai akhlakul karimah melihat pendidikan pada saat ini sangat memprihatinkan karena kurangnya akhlak peserta didik pada guru sehingga ada yang mengadu orang tuanya dan gurunya dan berbagai masalah lainnya yang tidak mencerminkan sifat-sifat yang terpuji bagi pendidik dan peserta didik.
Sebuah kebutuhan yang mendesak merumuskan metode pembelajaran khusus bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus, teori pembelajaran yang berbasis pembelajaran aktif, innovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bisa dimodifikasi sesuai dengan kondisi peserta didik.
Dan harus dilakukan dengan terstruktur, terencana dan bertujuan, maka perlu memberikan suatu indikasi secara jelas dan terukur dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan metode mengajar yang tepat, menggunakan media (alat peraga) yang dibutuhkan dan terukur.
terstruktur dalam artian saling kait mengaitkan dan punya peran serta tanggung jawab pembelajaran yang saling terkait satu dengan yang lain diperlukan metode khusus agar pembelejaran bisa dinikmati oleh pesarta didik terutama pelajaran berhubungan dengan karakter, desain pembelajaran yang tepat akan memudahkan peserta didik memahami bahan ajar meskipun dengan keterbatasan fisik, akal ataupun mental.

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 disebutkan bahwa: “pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial”.
Ketetapan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tersebut bagi anak penyandang kelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya.
Mendidik anak yang berkelainan fisik, mental, maupun, karakteristik perilaku sosialnya, tidak sama seperti mendidik anak normal, sebab selain memerlukan suatu pendekatan yang khusus juga memerlukan strategi dan metode yang khusus.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) singkatan untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang tandanya kelainan khusus, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut.
Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Grahita, Kesulitan Belajar, Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 ), Autis, Korban Penyalahgunaan Narkoba, Indigo, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar adalah kesiapan mental, Tanpa kesiapan mental, maka tidak akan dapat bertahan terhadap berbagai masalah dan kesulitan yang dihadapi selama belajar Peserta didik dengan kebutuhan khusus mesti dimotivasi minat belajarnya, Sehingga tujuan utama peserta didik, dari tidak tahu menjadi tahu.
perubahan yang timbul karena adanya pengalaman dan latihan, jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan menuntut ilmu.
Oleh karena itu, penting bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam menyusun pembelajaran yang akan dihadapinya dan cara memanfaatkannya denga efektif, efesien dan kodusif.

RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Peran peserta didik?
2.      Apa yang terjadi pada Pemahaman peserta didik?
3.      Seperti apa Karakteristik peserta didik?
4.      Cara mengefektifkan pembelajaran?



  
BAB II
PERAN PEMAHAMAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

A.    Peranan peserta didik
Pada kehidupan pendidikan peserta didik sebagai bayi yang tidak mempunyai kemampuan untuk hidup tanpa ada sandaran orang tua atau pendidik.
posisi peserta didik adalah belajar bukan untuk mengatur pelajaran Peserta didik utuk penuh perhatian dalam rangka menambah pengetahuannya, karena itu peserta didik sendirilah yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya Setelah diarahkan dan diberikan pengajaran oleh pendidik.
Setiap individu manusia atas pendidikan ibarat anak yang sedang menaiki  tangga melainkan berlangsung secara bertahap, yang mana setiap tahun memiliki perkembangan sifatnya sendiri, menghadapi masalah atau problem tertentu yang berbeda dari tahun-ketahun sebelumnya, setiap tahun menganlami perkembangan tertentu yang mana anak bisa menuntaskannya sendiri dengan caranya, yang mana jika tugas-tugas perkembangan pada tahapannya tidak diselesaikan dengan baik maka akan berakibat negatif terhadap perkembangan selanjutnya maka individu memerlukan pendidikan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai tahap perkembangannya, dan karena itu individu akan dapat pelajaran.
Pendidikan merupakan upaya membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah perkembangan sesuai dengan tahap tahun selanjutnya perkembangan peserta didik mengandung tanggung jawab perkembangan yang harus diselesaikannya, dan mewujudkan kemampuan, mental dan kesiapan belajarnya.
Karena itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan peranannya sangat mempengaruhi pemahamannya tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan IQ, SQ, EQ dalam praktik pendidikan.
Karena keberhasilan peserta didik menyelesaika masalahnya perkembangan pada tiap tahunya akan mempengaruhi keberhasilan penyelesaian dan kecakapannya khususnya individu peserta didik itu sendiri.[1]
Peran peserta didik ketika sedang belajar mengajar Richards & Rodgers (2001) mengemukakan bahwa ciri-ciri peserta didik yang sesuai dengan konsep pendekatan komunikatif, Selalu berkeinginan untuk memahamkan kata-katanya sendiri secara tepat, berkeinginan menggunakan bahasa yang tinggi selalu komunikatif, gengsi tidak merasa malu jika berbuat kesalahan dalam berkomunikasi, Selalu menyesuaikan keadaan dan situasi dalam berkomunikasi, latihan berbahasa lebih tinggi, dan Selalu memantau setiap ucapan sendiri dan ucapan lawan berkomunikasi untuk mengetahui dengan mendesain bahasa yang diucapkan tersebut dapat diterima dan dimengerti dan tentunya harus selalu disiplin dan bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya.
Peranan Seorang Peserta didik di sekolah itu sangan penting dan lebih awal dimengerti oleh peserta didik itu sendiri agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya suka bolos sekolah, parahnya lagi sebelum masuk sekolah sudah ada niat untuk tidak mau belajar, orang tuanya setiap hari berdoa agar dia bisa pintar dan jadi orang sukses peranan seorang peserta didik  di sekolah yang wajib diketahui siswa atau siswi sekolah bahkan pada saat dimanapun ia berada karena selalu merasa dia adalah merupakan seorang yang terdidik.
B.     Pemahaman peserta didik
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika seorang guru bisa memahami peserta didiknya degan baik karena dengan memahami peserta didik maka pendidik bisa mengetahui kemampuan peserta didik sehingga pendidik bisa menyesuaikan dan mengajarinya dengan baik sesuai dengan metode mengajarnya, semakin guru bisa memahami peserta didiknya maka semakin berhasil pula peran guru tersebut, karena sedikit banyaknya guru adalah penentu keberhasilan peserta didik.
Seorang guru harus megamati sebab-sebab yang mempengaruhi perkembangan peserta didik untuk memahaminya, faktor-faktor tersebut  Faktor Internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis sangat menentukan kegiatan aktivitas pembelajaran keadaan jasmani yang sehat dan kurang sehat sangan menentukan,[2] Faktor eksternal meliputi kehidupan dari luar diri anak yang sangat mempengaruhi belajar peserta didik, antara lain berasal dari orang tua, lingkungan, teman bergaul, sekolah, dan masyarakat untuk memahami peserta didik dengan psikomotorik, kognitif dan afektif.
Kehidupan sosial peserta didik sangat mempengaruhi perkembangannya karena salah satu sifat anak adalah meniru yang ada disekitarnya tanpa mengenal ras dari manapun kehidupan sosial adalah salah satu ruang kelas peserta didik peserta didik dapat berproses belajar pada kesempatan itu oleh karena itu kehidupan sosial sangan menentukan pemahaman belajar peserta didik baik itu dari dialek, budaya tradisi dan adat kebiasaan peserta didik dan sukunya guru perlu mengetahui itu agar guru dapat melakukan metode mengajarnya dengan baik.[3]
Memahami karakteristik peserta didik, diharapkan guru melakukan, Membedakan kemampuan sesuai dengan bidang ilmunya, Membantu cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik dari sisi kelemahannya apa yang perlu dikembangkan pada diri peserta didik.
potensi peserta didik adalah kapasi dan kafabiliti adalah sumber daya manusian yang perlu dibantu untuk dikembangkan, karakteristik individu peserta didik yang perlu diamati yaitu berupa fisik, moral, spiritual, intelektual, sosial, emosional, kultural, pergaulan, budaya, tradisi, dialek.
C.     KARAKTERISTI PESERTA DIDIDK
Masing-masing manusia atau peserta didik mempunyai karakrakter tersendiri yang beraneka ragam macamnya sebagaimana buah yang jatuh tidah jauh dari pohonnya.
Oleh sebab itu, pendidik perlu memiliki peran sentral sebagai instrumen dalam pembelajaran secara langsung sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada peserta didik.
Dengan demikian, guru dapat menjaga, mengatasi sebelum timbul pengaruh buruk bagi pembelajaran, mengidentifikasi terhadap keadaan dan kondisi peserta didik baik untuk masing-masing individu atau secara keseluruhan maka guru diperlukan megambilan langkah dan pelayanan prima utamanya milihan strategi, model, media, dan sebagainya.
Guru perlu memperhatikan kemampuan berpikir peserta didik, latar belakang peserta didik dan status sosialnya, minat sifat tabiat, dan psikologisnya.[4]
            Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.
Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.
Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Menurut kami karakteristik yang timbul dalam diri peserta didik itu terjadi dengan fase dan proses belajar yang ia telah lalui dan sifat tabiat yang ia miliki.
Fase- Fase Perkembangan Manusia Permulaan kehidupan (konsepsi) Fase prenatal (dalam kandungan), Proses kelahiran (± 0-9 bulan), Masa bayi/anak balita (± 0-1 tahun), Masa kanak-kanak (± 1-5 tahun), Masa anak-anak (± 5-12 tahun), Masa remaja (± 12-18 tahun), Masa dewasa awal (± 18-25 tahun), Masa dewasa (± 25-45), Masa dewasa akhir (± 45- 55), Masa akhir kehidupan (± 55 tagu ke atas) anak-anak akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan zamanya mulai dari tinggi dan berat badan, indra, tulangnya semakin mulai keras, intelektualnya dan karakteristiknya, sosial, psikososial.[5]
D.    AFEKTIFITAS PEMBELAJARAN
Pengertian Efektivitas Kata Efektivitas berasal dari bahasa inggris, yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau  mencapai  sasaran  sesuai  yan  diiinginkan.  Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia (KBBI) definisi  efektivitas  adalah  sesuatu  yang  memiliki  pengaruh  atau  akibat  yang ditimbulkan,  manjur,  membawa  hasil  dan  merupakan  keberhasilan  dari  suatu usaha  atau berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana.
Sedangkan menurut Purwadarminta (1994:32) “di dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran”.
Menurut  Surya (Agsha: 2015) bahwa keefektifan program pembelajaran di tandai dengan ciri-ciri berhasil  menghantarkan  siswa  mencapai  tujuan-tujuan  instruksional  yang  telah  di tetapkan, Memberikan  pengalaman  belajar  yang  atraktif,  melibatkan  siswa  secara  aktif  sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional, Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Ciri efektifitas menurut kami guru mampu membuat sukses membawa peserta didik mencapai tujuan yang sebenarnya, melibatkan peserta didik dalam pelajaran secara aktif, menyiapkan bahan ajaran atau materi yang dibutuhkan demi kelancaran proses belajar mengajar seperti buku paket dan lain sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, antara lain, kondisi peserta didik itu sendiri, lingkungan suasana pembelajaran, kurikulum, bahan pengajaran, sarana dan fasilitas, guru (tenaga pengajar), kondisi psikologis peserta didik, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, media dan sumber belajar, perlunya bimbingan, kondisi dan strategi belajar, keamanan atau ketentraman, kebersamaan akan cinta, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, estetika, strategi belajar, adanya kontrol, optimistis pembuatan jadwal, membaca dan membuat catatan, konsentrasi, mengerjakan tugas, mengetahui tujuan, media atau alat, sumber belajar, evaluasi, menciptakan tatatertib belajar dikelas, suasana senang dalam belajar, mempusatkan perhatian pada bahan ajar, mengikut-sertakan siswa belajar aktif, buatlah motivasi di kelas agar siswa dapat berinteraksi atau berpartisipasi dalam kegiatan , membuat kesempatan untuk berkomunikasi dengan peserta didik. [6]


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Peserta didik harus mengetahui perannya dalam belajar tanggung jawab gurulah dan orang tua yang terlebih dahulu untuk memberitahu peranya dalam belajar sehingga peserta didik memiliki kotrol dalam belajar akan posisinya seperti disiplin, teratur, sehat jasmani, psikologisnya, semangat, sopan, dan lain sebagainya.
Pemanaham peserta didik agar mudah dalam belajar guru harus memberi apa maunya, apa kebutuhannya dalam artian memberi materi ajar pelajaran sesuai dengan  psikologisnya dari sisi lingkungannya, dialeknya, dan terukur dalam pembelajar hal ini agar peserta didik mudah memahami dan mengerti meneri transfer ilmu pelajaran.
Karakteristik yang timbul dalam diri peserta didik itu terjadi dengan fase dan proses belajar yang ia telah lalui dan sifat tabiat yang ia miliki, maka guru dan orang tualah yang sangat berperan penting dalam pembentukan karakternya.
Efektifitas terjadi pada peserta didik guru mampu membuat sukses membawa peserta didik mencapai tujuan yang sebenarnya, melibatkan peserta didik dalam pelajaran secara aktif, menyiapkan bahan ajaran atau materi yang dibutuhkan demi kelancaran proses belajar mengajar seperti buku paket dan lain sebagainya sehingga peran peserta didik akan terasa bertanggung jawab dengan dididrinya lalu ia mudah memahami materi pelajan dan terbentuklah karakter yang cakap sehingga efektivitas pelajaran berjalan dengan baik bagaikan air yang jatuh dari langit tak satupun yang bisa menghentikannya.
B.     SARAN
Selalu terbuka bagi siapa saja yang sifatnya membangun karena kami masi faqir ilmu mudahan bermanfaat amin amin amin.



C.     DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin. Pengantar pendidikan. Jakarta: universitas terbuka, 2002.
M. Ramli hakekat pendidikan dan peserta didik , 2015.
Elfirahmi thamrin peran guru dalam membentuk karakter siswa untuk menghadapi abad 21,  2017. 
Imam mustaqim fase-fase perkembangan peserta didik , 2013.  
Ririnsyafitri lubis Dkk, 2017




[1]. Wahyudin. 2002. Pengantar pendidikan. Jakarta:universitas terbuka.
[2]M. Ramli hakekat pendidikan dan peserta didik hal.68 t. 2015
[3]Pispian rahman, s.sn guru sma negeri pintar lihat juga menurut Imam Mustaqim dalam  jurnalnya pengertian karakteristik peserta didik.
[4]elfirahmi thamrin peran guru dalam membentuk karakter siswa untuk menghadapi abad 21 hal. 86. T 2017. 
[5]Imam mustaqim fase-fase perkembangan peserta didik. t. 2013.  
[6] Ririnsyafitri lubis1, rina filia sari2, hendra cipta3 t. 2017